Kamis, 15 Desember 2011

Chapter 2 - Save Chimchar! a Shadow in the Sandstorm!

Chapter 2 - Save Chimchar! a Shadow in the Sandstorm!
'ssskoor!!!' seekor Skorupi tampak hendak menyerangku saat sebelum.. aku merasakan sebuah benda berbentuk bulat di tangan kananku.
"Eh? apa ini? bunder-bunder. Tunggu.. ini Pokeball!!" 
Dengan pasrah aku mencoba peruntungan mengeluarkan Pokemon yang mungkin ada di dalam Pokeball tersebut. Yah, kali aja isinya Rayquaza, huehuehue.
Aku hampir shock saat melihat apa yang di depanku. Seekor Pokemon menyerupai monyet dengan bagian bokongnya terbakar.. itu.. Sun Go Ko- Chimchar!!
Beruntung deh isinya bukan Bidoof, batinku dalam hati.
"HAHAHA, lihat Skorupi? sekarang aku punya monyet kecil ini! Walaupun jumlah kalian satu truk pun tidak akan bisa mengalahkan si kecil ini! HAHAHA!!" teriakku membanggakan diri, berharap para Skorupi dan takut dan pergi meninggalkan kami. Jelaslah aku tak mau bertarung, orang Chimchar hanya seorang diri, melawan Skorupi yang jumlahnya bejibun.
Para Skorupi kelihatannya takut mendengar kata-kataku tadi. Perlahan mereka mulai berjalan mundur meninggalkan kami, namun tetap dengan pandangan menatap kami. Dasar Pokemon bodoh, digertak saja takut, hahahaha. Setelah kira-kira jaraknya 100 meter para Skorupi meninggalkan kami, terdengar aungan yang sangat keras dari dalam gua...
'DRAAAAAAAAAAAPPP!!!'Suaranya sangat keras sampai membuat dinding gua tampak bergetar. Tak lama kemudian terdengar suara hentakan kaki yang keras. Perlahan, perlahan, suaranya semakin dekat kearah kami. Aku menolehkan pandangan ke belakang, dengan rasa takut yang amat sangat. Samar-samar mulai terlihat sosok besar dari dalam gua. Reflek ninjaku memaksaku untuk mundur, berjaga-jaga jika sosok itu akan menyerang. Tak lama kemudian nampaklah sosok besar dari dalam gua tadi. Kelihatannya perkiraanku kalau sosok itu adalah Pak Tarno itu salah, sosok besar itu adalah...

'DRRAAAAAAAAAPP!!!'
"Drapion!" teriakku ingin membuat suasana jadi tegang.
Pokemon yang disebut Drapion itu berjalan menuju kearahku. Begitu pula dengan para Skorupi yang dari tadi ada di belakangku, mereka kelihatannya jadi mendapat rasa percaya diri. Sial.
"Hahaha, jadi kau ketua dari para Skorupi lemah ini ya? Aku baru saja mau mencarimu untuk menantangmu, melawan jagoan neon, eh jagoan kecilku ini." bicaraku untuk sekali lagi mencoba menggertak mereka.
Tapi bukannya takut, Drapion dan gengnya malah sudah bersiap akan menyerang dengan ekornya yang beracun, runcing, menakutkan, bauk, pesing, butuk, pokoknya semua yang jijay dechh.
"C-Chimchar? bisakah kau membantuku? aku tahu aku memang tidak sengaja memanggilmu tapi..."
kata-kataku terhenti saat aku melihat Chimchar tersungkur tak berdaya di tanah, dengan tubuhnya yang keungu-unguan. Tunggu tubuh keungu-unguan? yaampun dia pasti penggemar berat grup Band Ungu! eh tunggu, ini tidak nyambung. Chimchar pasti keracunan! emang jajan apa sih dia sampe keracunan? minyak jelantah? Argh semuanya jadi semakin buruk!
"Heheh, D-Drapion, kau tahu, terkadang sesuatu yang akan kita lakukan tidak dapat terjadi, karena memang tidak dapat kita lakukan jadi.."
'DRAP!!' teriak Drapion memotong perkataanku.
"O-ok tuan Drapion, aku mengaku kalah. A-aku kenal dengan Mpok Ati lho. Mau ta-tanda tangannya? Atau mau makanan sisanya? haha hahaha," bicaraku gagap mencoba menangkan mereka. Hasilnya? gatotkacha. Drapion dan gengnya sudah seperti para cewek cantik yang ingin memukul-mukul kami dengan manja. Kali ini aku benar-benar pasrah. Sial, bahkan aku belom sempat nonton Yu-Gi-Oh! Zeal subs episode 33-35. Huhuhu, tragisnya hidupku...
"Tusuklah aku dengan bendamu itu," kataku pasrah, sebelum akhirnya Drapion dan gengnya meluncurkan serangannya padaku.

 

Waktu tampak berhenti sejenak. Aku melihat sekitar, semuanya berhenti, Drapion dan gengnya terlihat hendak menyerangku dengan nafsu yang sangat, hanya aku saja yang tidak berhenti bergerak. Sejenak aku merasa seperti di dalam film "The Matrix". Tapi aku heran, kenapa waktu bisa berhenti? dan kenapa aku tak terpengaruh?

"Hai manusiaa... hormati ibumuuu..." terdengar suara aneh di kepalaku.
"Apa? suara siapa itu? Uya Kuya?" tanyaku. Aku lihat Chimchar masih tersungkur tak berdaya di tanah dengan tubuhnya yang keungu-unguan. Jadi siapa?
"Aku hati nuranimuuu..." jawab suara itu.
"Awsum! apa kau tahu bagaimana istriku nanti? cantik tidak?" jawabku girang.
"Emang gue emakluuu..." kata suara itu seperti sedang mengejek.
"Aw c'mon! jadi kau siapa?" tanyaku kembali
"Tidak perduli siapa akuuu... yang terpenting sekarang adalah cepat bawa pergi anak munyuk itu dari siniii..." perintah suara itu.
"Anak munyuk? maksudmu Chimchar?" tanyaku bingung.
"Betul sekali cyiiin..." jawab suara itu mengiyakan.
"Tapi kemana? Bahkan aku tak tahu arah kemana harus pergi." tanyaku lagi seolah aku ini pembawa acara "Who Wants to be a Billionaire".
"Ikuti saja perintahkuuu..." petintah suara itu lagi.

   Aku mengikuti petunjuk yang diberikan suara itu tadi. Aku membawa Chimchar yang sudah keracunan pergi dari tempat itu secepat mungkin. Setelah aku lari agak jauh meninggalkan Drapion dan gengnya, waktu kembali berjalan. Drapion dan gengnya kebingungan karena tiba-tiba mangsanya menghilang. Hanya perlu waktu beberapa detik bagi Drapion dan gengnya menemukan keberadaanku. Mereka mengejarku dengan kecepatan klimaks.
"Sial, lain kali aku buat cerita aku tak akan pernah ke padang pasir. NEVER!" teriakku dalam lariku.
Drapion dan gengnya semakin mendekat. Aku juga sudah kelelahan karena dari tadi berlari terus menerus sambil membawa Chimchar yang keracunan. Aku tak sanggup lagi berlari dan terjatuh di tengah padang pasir. Aku pikir sekarang seharusnya Drapion dan gengnya sudah sampai di tempatku dan membunuhku sekarang, tapi ternyata mereka sudah tidak ada di belakangku. Apakah lariku secepat itu? wow, Sena, kau kalah telak. Sejurus kemudian aku mengetahui kenapa Drapion dan gengnya sudah tidak lagi di belakangku, ternyata di depanku telah berhembus badai pasir dan menakutkan menuju kearahku. Aku mencoba berdiri tapi badanku sudah terasa sangat berat. Tak lama badai  pasir itu sudah tepat di depanku. Sepintas aku melihat ada bayangan besar samar-samar di dalam badai pasir itu. Setelah itu? I'm fainted.




Bersambung


Selasa, 13 Desember 2011

Chapter 1 - Awal Perjalanan Si Belang

   Oke, ehem, pertama, saya minta maaf, jangan pergi dulu karena lihat judulnya. Bener deh ini bukan si Bolang! BENERAAAN!!! Oke, jadi nikmatilah fanfict saya yang membosankan ini!!

Oh, dan untuk menambah suasana 'tegang', sebelum membaca fanfict ini, saya rekomendasikan untuk mendengarkan ini terlebih dahulu:

BRAVING! - Kanan (baru aja release lho full versionnya)

http://www.youtube.com/watch?v=Tn4z2G9BmXQ

Ok, selamat membaca!!


CHAPTER 1 - Awal Perjalanan Si Belang


   Seorang anak muda berjalanan sendirian meyusuri padang pasir yang besar, sendirian, tanpa ditemani seorang pun. Oke, diulangi, seorang pun! Sesekali dia berhenti sejenak dibawah bayangan batu besar untuk kenci-- beristirahat dan minum. Setelah itu dia kembali berjalan menyusuri padang pasir yang besar, sendirian tanpa seorang pun.

"Woi! bisa dimulai gak sih?! Dari tadi sendirian mulu!"

   Iye iye, ini juga baru mulai, dasar belang. Oke, sudah dimana tadi.. ah! sendirian! Langkah anak itu berhenti di depan sebuah gua besar. Tanpa pikir panjang anak itu langsung masuk ke gua itu untuk beristirahat.

"Oke, gw bosen dengan prolog itu, mari ikuti cerita ini seterusnya dengan cerita gw sendiri. Mulai dari... tanda petik ini."

   Aku menghentikan langkahku di sebuah gua yang aku perkirakan isinya hanya Zubat saja, persis di semua game Pokemon yang aku mainkan. Aku sandarkan tubuhku di dinding gua itu. Sejenak semua kejadian itu kembali terngiang di kepalaku...

#Flashback

   Ditengah badai salju, tampak dari jendela seorang lelaki terlihat sedang berdebat dengan anak kecil yang adalah anaknya. Lelaki itu tampak marah, tapi juga sesekali terlihat matanya yang berkaca-kaca. Begitu juga sang anak, dia terlihat tidak mau kalah dalam hal marah dengan ayahnya.

"Apa?! Menjadi duelist?! tidak! ayah tidak akan pernah mengijinkanmu! Duel itu berbahaya! banyak resikonya, Blazter!", bentak lelaki itu dengan keras kepada anak yang dipanggil lelaki itu Blazter, membuat seisi rumah yang tadinya sepi menjadi gaduh.

"Tapi ayah.. ini sudah jadi impianku dari dulu!! Aku sudah tahu semua konsekuensinya ayah!! Karena itu aku butuh partisipasi ayah, aku butuh dukungan dari ayah!", sang anak tampak tidak mau kalah berteriak, membuat para Rattata keluar dari persembunyiannya.

"Sekali tidak tetap tidak!", lelaki yang dipanggil ayah itu tampak sangat marah.

"Baiklah kalau begitu! walaupun tanda dukungan ayah pun aku akan tetap menjadi duelist terkenal!!", anak itu pergi dari ruangan tersebut, meninggalkan lelaki yang dipanggilnya ayah tadi. Tak lama kemudian terdengar suara vas pecah dan dobrakan pintu dan keluar dari rumah, membuat sejenak terdengar suara salju berterbangan.

"Blazter... andai kau tahu, bahwa menjadi duelist itu tak mudah..", lelaki itu membuka bajunya dan melihat dengan penuh makna bekas luka di dadanya.
"Kau bisa saja jadi seperti ayah..."

#Back to Goa

   
Ayah.. seharusnya aku tidak pergi.. meninggalkanmu sendirian.. Tidak! ini sudah jadi keputusanku! Laki-laki harus mencapai impiannya sampai dia berhasil, walaupun tak tahu hasilnya! Ayah! akan aku tunjukkan padamu kalau aku bisa jadi duelist yang hebat!

(Note: Mungkin kalian bertanya-tanya apa itu duel dan duelist. Jadi akan saya ceritakan. Mungkin kalian kira Duel itu pasti berhubungan dengan Yu-Gi-Oh! tapi kali ini tidak. Disini, di fanfict ini, duel adalah sebuah pertarungan antara 2 trainer yang menggunakan sebuah kartu yang merupakan "Transfer" dari Pokeball yang berisi Pokemon, yang dimasukkan pada alat canggih bernama "Fuse-Pad" untuk merubah diri trainer yang disebut "Duelist" tersebut sesuai dengan kartu Pokemon yang dimasukkan tadi. Cara bertarunganya pun sama seperti cara bertarung Pokemon seperti biasa, hanya saja kali ini protagonistnya akan memukul penjahatnya dengan tangannya sendiri! Aint that cool?)

*kruuk kruuk* 
"Argh.. sial, ini hasilnya kalau nekad kabur hanya dengan membawa sebuah Pokeball, bekal yang sedikit dan Fuse-Pad, parahnya sekarang bekalku habis.. Sial, lapar banget."
Aku nyaris saja pingsan sebelum melihat sebuah berry biru berbintik hitam di depanku,


"Itu.. Oran Berry!", teriakku girang.
Langsung saja aku melayang seperti roket mendekati berry tersebut hendak memakannya saat kudengar suara mendesis yang langsung membuatku memalingkan pandanganku...
'ssskor.. ssskor...'Itu... itu Skorupi!! Yaampun, sudah 3 hari di padang pasir tapi baru pertama ini aku bertemu dengan Pokemon!!
"Tidak bisa ditunggu lagi, aku akan menangkapmu Skorupi!!" aku melemparkan Pokeballku satu-satunya kearah Skorupi, berharap akan dengan mudah mendapatkannya. Tapi apa daya, Pokeballnya meleset dan masuk kedalam gua yang gelap. Sial, kenapa aku tak pernah ikut ekskul renang dulu?
'ssskor! ssskor!!' kali ini desisan Skorupi sudah bukan seperti desisan yang bersahabat... dia tampak.. marah!!
"Eh.. uh.. ini.. ini Oran Berry milikmu ya? Ini aku kembalikan," aku bicara seperti orang yang mau digebukin.
Aku menggelindingkan Oran Berry itu kearah Skorupi, namun tampaknya tidak berguna... Skorupi itu sudah marah dan malah menginjak-injak Oran Berry tadi!! Dan kini dia bergerak menuju kearahku!!
'ssskor.. ssskor... ssskor', dan sekarang terdengar beberapa desisan Skorupi yang lain.
Tunggu, ini bukan terdengar lagi, memang sudah ada di depanku! aku dikerubungi oleh sekelompok Skorupi!! Ternyata.. tempat ini adalah sarang sebuah kelompok Skorupi!!


Aku lari sebisaku dari gua itu, namun para Skorupi tampak mengejarku, mengikutiku kemana pun aku pergi!! Aku tidak berani berlari ke padang pasir jauh-jauh dari gua, karena aku takut malah setelah aku bisa bebas dari para Skorupi ini, aku malah tersesat entah kemana. Tunggu, aku sudah tersesat!! Aargh! Aku hanya mondar-mandir di depan gua, yang tentu saja masih dikejar oleh para Skorupi.
"Sial! Apa yang membuat mereka mengejarku?! Bukannya aku sudah memberikan Oran Berrynya?!"
Langkahku terhenti di depan gua. Aku tak berani masuk ke dalam gua, karena memang gelap. Aku menghadapi konsekuensi, harus melawan para Skorupi ini.. Aku tertunduk, mungkinkah ini akhir hidupku? dimakan para Skorupi? sungguh tidak elite..
'ssskoor!!!' seekor Skorupi tampak hendak menyerangku saat sebelum.. aku merasakan sebuah benda berbentuk bulat di tangan kananku.
"Eh? apa ini? bunder-bunder. Tunggu.. ini Pokeball!!"
Dengan pasrah aku mencoba peruntungan mengeluarkan Pokemon yang mungkin ada di dalam Pokeball tersebut. Yah, kali aja isinya Rayquaza, huehuehue.
Aku hampir shock saat melihat apa yang di depanku. Seekor Pokemon menyerupai monyet dengan bagian bokongnya terbakar.. itu.. Sun Go Ko- Chimchar!!

Bersambung